KomunitasDigipreneur adalah komunitas belajar tentang digital marketing, apps, internet marketing, peluang bisnis internet, online marketing,. dan tips-tips berbisnis dari para master-master di dunia teknologi.. Kami berkembang menjadi komunitas yang memberikan pembelajaran digital marketing kepada para member dari mulai dari nol sampai dengan menjadi seorang Pebisnis Digital
Judul Rich Dad Poor Dad Penulis Robert T. Kiyosaki Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun Maret 2021 Tebal 244 halaman ISBN 978-602-03-3317-5 Buku Rich Dad Poor Dad terbit pertama kali tahun 1997 dan sampai sekarang konsisten menjadi Internasional Bestseller. Buku karya investor Robert Kiyosaki ini membahas betapa pentingnya pendidikan finansial—yang mana sangat jarang terdapat dalam kurikulum pendidikan dan sekolah-sekolah formal. Terjemahan bahasa Indonesia buku Rich Dad Poor Dad diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pertama kali pada 2016. Dan hingga Maret 2021 sudah sampai cetakan ke-59. Ini membuktikan kuatnya gagasan-gagasan Kiyosaki dalam memberikan sudut pandang baru tentang uang yang jarang disadari banyak orang. Lantas apa isi buku Rich Dad Poor Dad? Persis seperti sub judulnya; Apa yang Diajarkan Orang Kaya kepada Anak-anak Mereka Tentang Uang—yang Tidak Diajarkan Orang-orang Miskin dan Kelas Menengah. Robert Kiyosaki mengawali buku Rich Dad Poor Dad dengan menjelaskan asal mula kata Rich Dad Poor Dad.’ Ia memiliki dua Ayah. Pertama, Ayah kandungnya sendiri. Berpendidikan tinggi, memiliki gelar dan melanjutkan studi tingkat tinggi ke berbagai universitas dengan beasiswa penuh. Namun, Ayah pertama harus berjuang dalam hal keuangan dan meninggalkan banyak utang. Kiyosaki menyebutnya Poor Dad Ayah Miskin. Ayah yang kedua ialah ayah temannya. Ia tidak lulus pendidikan SMP. Namun, menjadi salah satu orang terkaya di Hawaii dan wafat dengan meninggalkan puluhan juta dolar bagi keluarga dan amal kemanusiaan. Kiyosaki menyebutnya Rich Dad Ayah Kaya. Kedua ayah ini sangat berpengaruh bagi Robert Kiyosaki dalam membentuk sudut pandangnya terhadap uang. Keduanya berhasil dalam karier mereka, keduanya karismatik dan berpengaruh, keduanya percaya pada pendidikan meskipun tidak merekomendasikan jalur studi yang sama. Nasihat serta pelajaran kedua ayahnya inilah yang memberikan Kiyosaki pilihan untuk membedakan dua sudut pandang; sudut pandang orang kaya dan sudut pandang orang miskin. Itulah yang dipaparkan dalam buku dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti ini, serta disajikan dalam bentuk cerita sehingga pembaca tidak mungkin bosan mengikutinya. Robert Kiyosaki membaginya ke dalam enam pelajaran penting; Pertama, orang kaya tidak bekerja untuk uang. Kedua, pentingnya melek keuangan. Ketiga, mengurus bisnis sendiri. Keempat, sejarah pajak dan kekuatan korporasi. Kelima, orang kaya menciptakan uang. Keenam, bekerjalah untuk belajar—jangan bekerja untuk uang. Konsep-konsep Kiyosaki dalam buku Rich Dad Poor Dad dengan berani mendobrak pandangan umum. Salah satunya yaitu menentang keyakinan bahwa rumah dan kendaraan adalah aset. Menurut Kiyosaki, dua benda itu bukanlah aset, melainkan liabilitas. Hal ini karena rumah dan kendaraan tidak bisa mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya. Justru sebaliknya, menambah jumlah pengeluaran, seperti biaya perawatan misalnya. Rumah barulah dikatakan aset jika disewakan, begitu pula kendaraan. Robert Kiyosaki juga menunjukkan kepada para orang tua mengapa mereka tidak bisa mengandalkan sistem pendidikan untuk mengajarkan tentang uang kepada anak-anak dan bagaimana seharusnya mendidik mereka agar mengerti. Buku Rich Dad Poor Dad bukanlah panduan praktis. Buku ini tidak menjelaskan langkah-langkah yang bisa langsung dipraktikkan. Namun, Rich Dad Poor Dad adalah buku yang akan mengubah sudut pandang serta pemahaman kita tentang uang yang selama ini keliru. Rich Dad Poor Dad—seperti komentar USA Today pada halaman depan buku—adalah titik awal bagi siapa pun yang ingin memegang kendali masa depan keuangan mereka. Finansialkuteringat pada sebuah buku yang berjudul All Real Estate is Local - What You Need to Know to Profit in Real Estate - in a Buyer's and a Seller's Market ditulis oleh David Lereah. Pelajaran penting yang diambil dalam buku itu mengenai investasi real estate adalah jangan pernah mengacuhkan pasar lokal (local marketplace). Anda sudah pernah membaca buku ini? Sekalipun belum pernah membaca, kami hampir yakin anda sudah pernah mendengar judulnya. Buku yang tulis oleh Robert T. Kiyosaki ini memang terhitung sangat baik untuk dibaca oleh siapa saja dari anda yang ingin mendapatkan inspirasi hidup terutama dalam bidang finansial. Bila mau jujur, anda barangkali akan merasa bosan pada bagian awal buku karena seperti berat dan memang jarang diberikan gambar. Penulisnya hanya mencantumkan beberapa diagram dan kata, serta istilah-istilah yang sering digunakan dalam investasi atau akuntansi. Namun pada lembar-lembar berikutnya anda akan semakin tertarik dan mengamini setiap gagasan finansial yang disampaikan penulisnya. Berikut akan kami ceritakan sedikit soal buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini bercerita mengenai pertentangan dua prinsip dalam pengaturan dan rencana finansial, yang berarti hidup itu sendiri. Ayah di sini bukanlah semata-mata sosok yang berbeda, tetapi merupakan sosok yang mewakili dua cara pandang yang berbeda. Inspirasi “Rich Dad Poor Dad” ini kemudian memang berawal dari pengalaman pribadinya yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang guru yang pekerja keras, pendidikan tinggi, berdaya juang menjulang, tekun, dan patuh pada pemerintah. Kendati begitu, keluarganya selalu merasa pendapatan bulanan yang diperoleh itu pas atau sesekali kurang. Dia kemudian bertemu dengan temannya bernama Mike. Dia punya ayah yang seorang pengusaha dengan beragam bisnis, pendidikan tidak tinggi, sama-sama pekerja keras, dan dari hari ke hari kekayaannya kian bertambah. Ayah kandungnya ini mewakili “Poor Dad”, sedang ayah Mike mewakili “Rich Dad.” Kisah ini berawal ketika Robert berusia 6 tahun, sama dengan Mike. Mereka berdua mendapat perlakuan diskriminatif dari teman-teman sekelasnya. Mereka tidak diajak berlibur bersama karena dianggap miskin. Robert tertohok dengan perlakuan ini lalu mereka berdua mencari tahu bagaimana cara untuk mendapatkan sejumlah uang. Pertama-tama Robert bertanya kepada ayah kandungnya. Apa jawabnya? Selalu dan selalu ayah Robert memintanya untuk sekolah yang rajin demi mendapatkan nilai yang baik. Nilai baik itu lalu digunakan sebagai syarat masuk kerja pada perusahaan besar yang mampu menyejahterakan karyawannya dengan memberikan gaji yang besar pula. Jawaban itu rupanya tidak memuaskan dirinya sendiri. Dia merasa sekolah atau pendidikan formal tidaklah membentuk orang memiliki kecerdasan finansial. Padahal kecerdasan—yang tidak diajarkan di sekolah tadi—justru kemampuan yang sangat dibutuhkan seseorang untuk tetap bisa menghidupi hidupnya. Sekolah formal justru cenderung menjadi pabrik yang mencetak karyawan-karyawan yang tunduk pada perusahaan. Dia lantas bertanya kepada ayah Mike yang adalah seorang pengusaha. Ayah Mike mengatakan mereka harus mengambil risiko dengan membangun usaha. Untuk awalan, dia memberinya alternatif dengan menyuruhnya bekerja pada swalayan miliknya setiap hari Sabtu selama 3 jam, dengan bayaran 10 dolar per jam. Mereka menyanggupi tawaran tersebut, meski bayarannya tidak banyak. Uang dengan jumlah tersebut hanyalah cukup untuk membeli sebuah komik saja. Padahal pengorbanannya cukup besar, mereka tidak bisa bersenang-senang bermain baseball karena harus bekerja. Awalnya mereka bekerja dengan semangat. Namun lama kelamaan mereka menjadi malas dan berniat untuk berhenti bekerja, karena uang yang mereka terima rupanya tidak cukup banyak. Ketika mereka akan menyampaikan niatan tersebut, ayah Mike justru bertindak di luar dugaan. Pertama-tama dia mengkritik sikapnya yang “karyawan banget.” Bagai kutu loncat, mereka pindah dari perusahaan satu ke perusahaan lain untuk mendapatkan gaji yang lebih besar. Padahal seiring kenaikan pendapatan, pengeluaran juga akan makin naik. Jika dikondisikan dengan sekarang, pasti ada kebutuhan untuk gadget, pulsa, berbagai macam cicilan, dsb. Ide berbisnis bisa dimulai dari mana saja, termasuk “bekerja tanpa mengharapkan uang.” via Lalu ayah Mike memintanya melakukan hal yang tak disangka-sangka. Dia menahan Robert dan Mike; tidak mengijinkan mereka berhenti dari pekerjaan itu. Malah, dia meminta mereka untuk bekerja tanpa dibayar. Ya, mereka tidak diijinkan keluar dan justru diminta tetap bekerja dengan tanpa bayaran. Didorong oleh rasa penasaran, akhirnya mereka menjalani apa yang diminta oleh ayah Mike. Mereka tetap bekerja di hari Sabtu selama 3 jam, melewatkan waktu bermain mereka bersama teman-teman. Sampai suatu saat mereka menemukan gagasan untuk menyewakan komik yang belum laku. Kebetulan memang ada komik lama yang belum laku, yang hanya teronggok di sudut ruangan. Dari pengalaman inilah Robert lalu menemukan dirinya. Dia menemukan apa yang selama ini dicari. Ketika mereka bekerja tanpa mengharapkan dibayar, gagasan cemerlang bisnis justru mendatangi mereka. Itu baru satu hal saja, mengenai gagasan bisnis yang bisa saja muncul dari beragam situasi, termasuk ketika bekerja tanpa mengharapkan bayaran. Hal ini tentu saja menginspirasi kita untuk tetap berjuang membangun bisnis kita guna mendapatakan kehidupan finansial yang lebih baik. Bukannya menjadi karyawan itu buruk. Hanya saja kita tidak bisa dong terus-terusan menjadikan pekerjaan kita itu sebagai satu-satunya pegangan hidup kita. Kita sudah bekerja keras pagi sampai sore, atau bahkan kadang sampai malam, selama bertahun-tahun untuk mendapatkan pemasukan plus uang lembur yang tidak seberapa. Kita tentu mengharapkan kenaikan gaji karena kerja keras dan loyalitas kita kepada perusahaan. Ada dua jalan menuju ke sana memohon-mohon kepada atasan untuk menaikkan gaji atau pindah ke perusahaan lain yang menawarkan gaji yang lebih besar dari perusahaan sebelumnya. Belum lagi bila harus dihadapkan pada konsep kebebasan finansial. Robert T. Kiyosaki menuliskan soal kebebasan finansial ini sebagai kondisi yang tidak dapat diraih jika tidak ada perubahan besar dalam hidup kita. Masalahnya memang perubahan itu tak mudah dilakukan lantaran sudah menjadi semacam budaya, yang orang akan aneh kalau tidak melakukannya. Salah satunya adalah ketika orang sudah mulai merangkak ke kondisi finansial yang lebih baik, mereka mulai membeli aset. Aset atau Liability?Membangun aset adalah langkah cerdas yang bisa anda terapkan untuk membangun kekayaan. via Selama ini yang dipahami oleh banyak orang adalah aset itu adalah rumah, mobil, serta barang-barang mewah yang bisa dibeli ketika seseorang sudah naik status’ karena gaji yang diterimanya. Gaji yang mereka terima tiap bulannya lalu digunakan untuk membayar pajak, cicilan mobil dan rumah, premi asuransi, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Yang perlu digaris bawahi adalah teorinya benar, tetapi praktiknya yang harus diluruskan. Benar bahwa kita harus memiliki aset untuk membuat uang yang datang kepada kita dari waktu ke waktu. Masalahnya, apakah rumah dan mobil adalah aset? Rupanya bukan. Rumah dan mobil dihitung sebagai liability karena mereka masih mengeluarkan uang dalam jangka waktu tertentu untuk perawatan, pajak, penggunaan, dan sebagainya. Akan lebih tepat bila mereka ingin berbelanja aset, produk yang mereka beli adalah produk yang menguntungkan mereka seperti saham, reksa dana, properti, atau bahkan membeli bisnis. Ringkasnya begini asset will pay you, liability will cost you. Akan membeli produk apa itu tergantung pada tujuan keuangan anda berapa besarnya, bagaimana sifatnya, dan dalam jangka waktu berapa lama. Anda dapat membaca banyak artikel terkait di website ini supaya lebih memiliki pijakan pengetahuan yang kuat sebelum mengambil keputusan. Empat Kuadran Robert T. Kosiyaki Penulis buku ini juga membagi masyarakat kelas menengah menjadi empat kuadran, yaitu Employee, Self-Employee, Business Owner, dan Investor. Berikut gambar yang bisa menjelaskan di mana letak keempat bagian dari kuadran tersebutKuadran yang dibuat oleh penulis buku. Anda ingin berpindah kuadran? via Pada kuadran pertama ditemukan istilah Employee. Mereka yang masuk pada kuadran ini adalah para karyawan atau pekerja kantoran yang diberi upah oleh perusahaan. Ciri-ciri finansial yang dimiliki oleh mereka adalah pengeluaran yang hampir sebesar penghasilan. Mereka sangat tergantung pada keputusan-keputusan perusahaan, dan oleh karenanya biasanya tunduk pada peraturan yang ada supaya tetap memperoleh penghasilan. Kuadran kedua adalah Self-Employed. Di Indonesia pekerjaan ini sering disebut dengan pekerja lepas, meski kadang tidak selalu tepat digunakan. Profesi yang masuk dalam kuadran ini adalah dokter yang buka praktek sendiri, musisi, penulis, artis, dan sebagainya. Artinya hanya mereka yang memiliki keahlian khusus yang diperoleh baik dari bakat alami ataupun latihan dan pendidikan formal yang tekun dan panjang untuk bisa bekerja pada bidang itu. Kesimpulan awalnya adalah baik Employee maupun Self-Employed sama-sama tidak dibayar kalau dia tidak bekerja. Kuadran ketiga adalah Business Owner, atau pemilik bisnis. Dalam konteks ini bisnis yang dimaksud adalah bisnis yang sudah besar, yang memungkinkan seseorang bisa memiliki dan mengendalikan sistem bisnis tersebut sehingga dapat menambahkan kekayaan bagi diri mereka dari waktu ke waktu. Karena mereka sudah membentuk sistem, mereka bisa saja benar-benar jadi pemilik, alias mengontrol dari jauh saja. Di bawahnya nanti mereka bisa mempekerjakan orang-orang pandai dan terampil untuk menjalankan bisnis yang dia miliki. Kuadran keempat adalah Investor. Sama seperti sebelumnya, konteks yang dimaksud adalah mereka yang memiliki dana besar yang diinvestasikan pada sebuah perusahaan. Jadi investor ini benar-benar mereka yang mengandalkan hidupnya pada dana-dana modal yang dia investasikan pada bidang-bidang yang berpotensi memberikan return yang tinggi. Karena skalanya sudah termasuk besar, biasanya mereka berinvestasi pada perusahaan terbuka, pada properti berskala besar, ataupun pada bisnis perintis yang potensinya besar, misal investasi pada resort di pulau-pulau terluar yang indah di Indonesia. Kesimpulan berikutnya, Business Owner dan Investor memungkinkan diri mereka untuk tidak bekerja’ guna mencukupi kebutuhan finansial, atau bahkan justru mampu menambah kekayaan mereka dari waktu ke waktu. Menariknya dari kedua perbandingan ini adalah Kuadran satu dan dua menyumbang 90 persen dari populasi masyarakat menengah di dunia, tetapi hanya menyumbang 10 persen dari total kekayaan masyarakat menengah di dunia. Begitu juga sebaliknya, Business Owner dan Investor hanya menyumbang 10 persen dari populasi, tetapi kekayaan mereka menyumbang 90 persen dari total kekayaan yang ada. Luar biasa, bukan? Maka tidak salah kalau buku ini kemudian menginspirasi begitu banyak orang untuk berpindah kuadran. Lima Poin Penting Dari beberapa penjelasan di atas berikut, kami akan membagikan kepada anda lima poin penting yang disarikan dari beberapa ulasan mengenai buku ini. Berikut poin pentingnya Melek Finansial Sekarang Juga. Banyak yang menyarankan kepada kita untuk mengajarkan melek finansial kepada anak kita sedini mungkin. Barangkali memang betul demikian, tetapi harus dalam batas-batas tertentu saja, dan dengan metode yang tepat. Penelitian psikologi anak menyebutkan pada usia-usia tertentu otak anak baru bisa siap untuk diberi pengetahuan-pengetahuan tertentu soal finansial. Namun bukan itu poin pentingnya, yang penting adalah kapanpun anda memulai usaha untuk membuka kesadaran finansial anda, itu sudah awalan yang baik. Yang perlu dilakukan kemudian adalah jangan sampai berhenti pada melek saja, tetapi mulailah dengan melakukan aksi yang bisa membuat kemelekan finansial anda itu berarti. Minimal kita mengerti soal investasi, pengaturan rencana keuangan, dan sebagainya. Buatlah Uang Mengejar Anda. Seakan kata-kata ini adalah utopis, atau impian belaka yang tidak akan tercapai. Namun sebenarnya ini dapatlah dicapai melalui cara-cara bisnis yang sudah banyak dituliskan di situs ini. Robert T. Kiyosaki menuliskan hal ini sebagai kritikan dari kondisi di mana sebagian besar orang justru mengejar uang itu, padahal jumlahnya tidak seberapa. Maka cara yang dia usulkan agar uanglah yang berbalik mengejar anda adalah dengan membangun aset. Mulailah Membangun Bisnis Sendiri. Poin ini adalah kelanjutan dari poin sebelumnya, yaitu membuat uang mengejar anda. Salah satu cara untuk membangun aset adalah anda bisa terlebih dahulu membangun bisnis anda sendiri. Bisnis yang dibangun tidaklah harus langsung besar, bisa saja dimulai dari kecil. Tetapi jangan pernah lupakan untuk membangun aset anda supaya tujuan finansial anda bisa tercapai. Hal penting yang perlu kita sadari adalah jangan memulai bisnis dengan dorongan rasa benci menjadi karyawan, karena itu sangat tidak produktif. Awalilah bisnis dengan kesadaran bahwa membangun bisnis akan membuka peluang besar anda untuk melakukan hal-hal besar lainnya dalam hidup anda. Uang dan Peluang Diciptakan Orang Kaya. Masih ingat istilah ayah kaya yang disebutkan oleh penulis buku? Ya, ini adalah poin pentingnya. Hanya ayah kaya yang bisa menciptakan uang dan peluang bisnis. Dia berani mengambil risiko berdasarkan pengetahuan dan keberanian untuk memulai sebuah bisnis baru. Dia membuka peluang-peluang dari celah sempit yang ditemui. Sebaliknya, dia tidaklah menikmati kepatuhan terhadapa perusahaan, bekerja sangat keras dari pagi hingga malam untuk mendapatkan gaji yang tidak seberapa. Jadikan Belajar sebagai Proses dan Tujuan. Seringkali kita diarahkan untuk menjadikan uang dan kekayaan sebagai tujuan kita. Namun kali ini cobalah bergeser sedikit dengan menjadikan belajar sebagai tujuan. Tujuan kita adalah proses belajar itu sendiri. Kalau tujuan kita adalah uang, itu artinya uang masih belum mengejar kita. Maka poin penting yang perlu kita ambil pada bagian ini adalah teruslah belajar untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita; teruslah belajar untuk membuat wawasan itu menjadi uang; dan jangan lupa untuk membagikan wawasan itu kepada orang lain di sekitar kita. Nah, itu tadi beberapa hal yang bisa kita pelajari dari buku “Rich Dad, Poor Dad” yang ditulis Robert T. Kiyosaki. Jangan ragu untuk membeli bukunya di toko buku terdekat bila anda ingin membaca lebih jauh dan lebih detil mengenai apa yang dia bicarakan di buku yang sangat terkenal ini. Barangkali untuk anda yang telah membacanya, ada beberapa hal yang tidak sama dalam pembacaan. Namun itu bukanlah masalah, karena setiap orang menekankan hal yang berbeda sesuai pengalamannya. Yang penting adalah kita harus mampu menjawab pertanyaan ini mau jadi ayah miskin’ atau ayah kaya’? Daftar gratis di Olymp Trade ReviewBuku Rich Dad, Poor Dad (Robert Kiyosaki) Judul : Rich Dad, Poor Dad - Apa yang Diajarkan Orang Kaya kepada Anak-anak Mereka Tentang 9:44 amSilahkan Login untuk menulis review Masdaf 354 Rated it 2 years agosaya ambil kutipan "Hindari dan jauhi gaya hidup konsumtif", jika semua org tidak konsumtif dan gaya hidup minimalis, bagaimana nasib para pembisnis gadget,mobil,motor,jam tangan dll. ada yg bisa bantu meluruskan? haha Ilham Raspati 02 Jul 2020 Tenang kaka... hehe, bawaan alamiah manusia suka memiliki barang baru dan bagus, jadi tetap aja akan banyak yang suka belanja barang konsumtif. Jangan khawatirin para pebisnis... Kebalikan orang yg hidup konsumtif adalah orang yang sedang berinvestasi, ia akan tetap belanja tapi barang yang bernilai jangka panjang seperti properti, tanah, surat berharga, dll Angie Li 04 Jul 2020 Setuju sama ilham, gunakan uang untuk membeli barang yang produktif dan membutuhka, bukan barang konsumtif sekali habis dan karena keinginan Angie Li Rated it 2 years agoBuku ini sangat booming di awal tahun 2000an, idenya yang fresh dibandingkan buku financial yang ada saat itu yang membuat buku ini menarik perhatian banyak orang. Coba deh siapa aja yang belum pernah baca buku ini, sempetin beli atau pinjem buku ini, kita akan kebuka pikiran apa yang salah selama ini, kemudian kita diperkenalkan dengan konsep dasar keuangan seperti aset, utang, cash, dll.
Dalambuku Rich Dad Poor Dad ini diperlihatkan dengan "Saya ingin pensiun pada usia 50 tahun" dan "Saya tidak ingin berakhir seperti paman saya yang bangkrut.". Lalu poin ketiga menjadi poin terakhir yang akan dibahas kali ini. Yaitu memperoleh aset bukan kewajiban. Aset adalah saham, obligasi, real estate yang disewa, royalti (misalnya Sejak awal tahun 1997, Rich Dad Poor Dad oleh Robert T. Kiyosaki, Robert Paus telah menjadi acuan dalam buku keuangan pribadi laris yang telah menjual hampir 40 juta kopi di seluruh dunia. Saya membaca untuk pertama kalinya pada tahun 2000 ketika ia masih seorang pengusaha pemula. Saya pikir saya akan membacanya lagi sekarang karena saya memiliki lebih banyak pengalaman di bawah ikat pinggang saya. Saya juga ingin melihat apakah ia telah selamat berlalunya waktu, dan jika saya ingin seperti yang saya lakukan ketika saya membaca Rich Dad Poor Dad. Banyak istilah keuangan selama 20 tahun terakhir, dan saya bertanya-tanya apakah beberapa prediksi datang Kyosaki benar. Ketika saya membaca buku itu, saya benar-benar seperti cara Kiyosaki melihat dunia dari sudut yang berbeda. Ini membuat saya berpikir secara berbeda tentang bisnis dan investasi saya dari sebelumnya. Kiyosaki tampaknya menjadi sosok polarisasi Anda mencintai atau membenci pekerjaan Anda. Kerja dolar sederhana komentar Kiyosaki, misalnya, menambahkan banyak prasangka pribadi, dan saya pikir itu tidak adil. Saya mencoba untuk mengambil pandangan yang netral dan mendiskusikan buku berdasarkan pengalaman saya di dunia bisnis. Rich Dad Poor Dad harus dipertimbangkan sebagai umum titik awal – ringkasan investasi / masuk, daripada daftar item spesifik yang akan dilakukan sebagai pengusaha. Robert Kiyosaki berfokus pada enam poin utama dalam buku ini. Titik-titik ini – perbedaan antara ayah “miskin” ayah kandungnya dan ayah dari “kaya” yang membantunya memahami bisnis dan menjadi kaya – adalah 1. Orang Kaya Tidak Bekerja Untuk Uang 2. Pentingnya Pendidikan Keuangan 3. Mengurus Bisnis Anda Sendiri 4. Pajak Dan Korporasi 5. Orang Kaya Menemukan Uang 6. Kebutuhan Untuk Berkerja Untuk Belajar Dan Bukan Berkerja Demi Uang Poin Bagus Dalam Buku Sistem Pendidikan Yang Cacat Seperti Robert disebutkan beberapa kali dalam buku ini, kita telah menonaktifkan sistem pendidikan tradisional. sistem pendidikan kita terutama dirancang untuk menciptakan dan karyawan dapat memiliki efek negatif bagi pengusaha. Seperti disebutkan Kiyosaki, yang tidak merekomendasikan bahwa orang pergi melalui pendidikan yang lebih tinggi; Dia menyarankan bahwa pendidikan tinggi akan membantu untuk “rasa”. pendidikan keuangan adalah sesuatu yang jarang dibahas di sekolah-sekolah, dan jika dibahas, hanya pada tingkat dasar. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, saya membuat titik pusat dan staf akan memastikan bahwa anak-anak saya dididik di daerah ini. Biaya pendidikan terus tumbuh lebih cepat daripada inflasi. Sebagian besar sistem pendidikan kita rusak. Robert merespon pernyataan tentang masalah ini. Menjadi Pengusaha Tidak Beresiko Kepercayaan populer adalah bahwa memiliki bisnis adalah berisiko daripada bekerja untuk orang lain. Saya rasa saya memiliki sebuah perusahaan memberikan Anda semua keterampilan kemerdekaan yang tidak akan Anda dapatkan ketika Anda bekerja untuk orang lain. Jika ada, dengan mentalitas “cradle mati” Hari ini, kami menciptakan orang-orang yang paling tergantung. Memiliki bisnis telah memberi saya otonomi yang lebih besar dan banyak keterampilan berharga yang saya masih menggunakan jika saya bekerja untuk orang lain. Setiap minggu, sekarang aku melakukan apa yang saya menilai atau membuat bisnis yang berisiko terbayangkan sebelumnya. Tempat Tinggal Utama Anda Bukan Aset Selama bertahun-tahun, secara umum diterima bahwa tempat tinggal utamanya adalah aset. Robert mengatakan saya pikir bahwa rumah Anda bukanlah aset yang tidak menghasilkan arus kas positif. Runtuhnya gelembung perumahan dan ini terbukti benar. Sementara harga sewa dan nilai yang lebih rendah, jika Anda berfokus pada arus kas positif, membuat lebih banyak uang setiap bulan. Robert datang untuk mengatakan dalam bukunya bahwa nilai rumah tidak selalu. Hampir semua produk konsumen adalah suatu keharusan – sesuatu yang bahkan tidak. Kiyosaki mengatakan Anda harus membeli investasi yang menghasilkan arus kas untuk membantu membayar untuk Anda “hal-hal kecil”. Saya rasa ini adalah cara yang bagus untuk melihat bagaimana pembelian mainan Anda. Apa itu Aset Dan Kewajiban ? “Aset adalah sesuatu yang menempatkan uang di saku Anda. Tanggung jawab adalah sesuatu yang mengeluarkan uang dari saku Anda. “ Banyak kritikus Kiyosaki menunjukkan bahwa pernyataan ini tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Memang benar, dan Robert mengaku. Bahkan, banyak orang kehilangan adalah bahwa Anda harus fokus pada arus kas untuk menjadi kaya. Keluhan Tentang Buku Ada banyak laporan bahwa Robert tidak ada “Rich Dad” dan menciptakan. Ini mungkin benar, tetapi ada banyak buku keuangan pribadi yang karya fiksi. Barbier buku kaya yang datang ke pikiran. Masalah dengan beberapa orang adalah bahwa Robert digunakan untuk memesan non-fiksi tidak, dan setuju dengan keluhan. Saya menemukan semenarik yang menempatkan situs Robert John Reed, tetapi sekaligus juga pekerjaan menjual tebu itu sendiri. Robert tidak meminimalkan peran risiko dalam investasi. Hal ini cukup akurat, tapi itu menunjukkan bahwa Anda perlu memahami investasi Anda sebelum memasuki. Robert mengatakan bahwa investasi itu riskan jika Anda tidak mengerti apa yang Anda berinvestasi. Selain itu Robert juga merekomendasikan apabila anda ingin menndapatkan penghasilan tambahan online anda dapat bergabung dengan situs judi online terpercaya di Indonesia melalui link berikut Ringkasan Meskipun saya masih merekomendasikan buku ini, terutama bagi pengusaha, buku ini memiliki beberapa kekurangan. Saya pikir sebagian besar isu yang dibahas sekarang ujian waktu. Tetapi mengambil sebagian dari apa yang dikatakan Robert Kiyosaki dengan sebutir garam. Baca, jika bukan karena motivasi, hanya untuk membuat Anda berpikir berbeda dari karyawan dibayar. Saya tidak suka atau benci itu, jadi mengapa saya memberikan buku ini tiga dari lima. Jika Anda memilih untuk membaca buku dari Robert, saya sarankan Anda membaca hanya Rich Dad Poor Dad dan Ayah kaya arus kas kuadran. Kebanyakan buku-buku lain hanya mengulangi kedua buku ini. Saya tidak menyarankan menghadiri seminar lokal. Aku akan terus buku dalam daftar buku terbaik tentang keuangan pribadi alasan utama saya untuk berpikir di luar kotak. Baca juga Ulasan buku Where the Crawdads Sing oleh Delia OwensJudul Rich Dad, Poor Dad - Apa yang Diajarkan Orang Kaya kepada Anak-anak Mereka Tentang Uang - yang Tidak Diajarkan oleh Orang Miskin dan Kelas Menengah! Penulis Robert T. Kiyosaki Bahasa Asli American English Alih Bahasa J. Dwi Helly Purnomo Penyelaras isi Fajarianto Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Percetakan PT Centro Inti Media, Jakarta Lisensi Rich Dad Operating Company, LLC. Edisi Indonesia Revisi Cetakan ke- 50 ISBN 978-602-03-3317-5 Resensator Bintang Mahayana Tahun resensi 2019 TENTANG PENULIS Robert Kiyosaki, yang paling dikenal sebagai penulis Rich Dad Poor Dad - buku pengelolaan keuangan nomor satu sepanjang masa - telah menantang dan mengubah cara pikir puluhan juta orang di seluruh dunia tentang uang. Dia adalah seorang keturunan Jepang yang berkebangsaan Amerika Serikat. Dia seorang wirausaha, pendidik, dan investor yang yakin bahwa dunia membutuhkan lebih banyak pengusaha yang akan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan perspektif terhadap uang dan investasi yang kerap berseberangan dengan pemahaman konvensional, Robert mendapat reputasi internasional atas sikapnya yang bicara lantang dan berani tanpa bertele-tele. Robert dan Kim Kiyosaki - istrinya, adalah pendiri The Rich Dad Company, perusahaan pendidikan keuangan serta pencipta permainan CASHFLOW. Pada 2014, perusahaan itu semakin meningkatkan kesuksesan global dari permainan Rich Dad dalam peluncuran terobosan mobile dan online gaming baru. BAGIAN-BAGIAN BUKU Secara garis besar, buku ini dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu Pendahuluan, Isi, dan Penutup Cashflow Quadrant. Pada bagian awal buku, penulis lebih banyak membawa pembaca dalam gaya penulisan naratif di mana penulis mengajak pembaca untuk kembali ke masa lampau saat penulis berusia sembilan tahun. Pendahuluan Ayah Kaya, Ayah Miskin Analogi perbandingan dua karakter ayah dengan menyebut "Ayah Kaya" dan "Ayah Miskin" merupakan diksi yang cukup berani. Penulis menggambarkan dua sosok "ayahnya" yang mana Ayah Kaya merupakan ayah sahabatnya, Mike sedangkan Ayah Miskin adalah ayah kandungnya sendiri. Penulis berusaha membandingkan pola pikir keduanya. Sebagaimana yang dituliskan dalam buku tersebut "Bukannya semata menerima yang satu atau menolak yang lain, saya mendapati diri berpikir lebih jauh, membandingkan, lalu memilih untuk diri saya sendiri." Penggunaan kata "kaya" dan "miskin" sejujurnya tidak seharfiah kelihatannya karena pada kalimat selanjutnya penulis mengatakan " Masalahnya Ayah Kaya belum sungguh-sungguh kaya dan Ayah Miskin tidak sungguh-sungguh miskin. Keduanya baru merintis karir dan keduanya mengalami pergulatan dalam hal uang dan keluarga. Namun mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang uang." Kunci memahami bagian ini adalah pada kalimat terakhir pada kutipan tersebut yaitu mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang uang. Bahwa penulis berusaha membandingkan bagaimana cara Ayah Kaya dan Ayah Miskin masing-masing memandang uang. Perspektif tentang uang itulah yang menjadi pembeda dasar dan utama bagi keduanya. ISI Bab Satu Pelajaran Satu Orang Kaya Tidak Bekerja Untuk Uang Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang. Orang kaya membuat uang bekerja bagi mereka. Kutipan pada awal Bab ini cukup kontroversial. Kalimat tersebut apabila ditelan mentah-mentah akan sangat mungkin menghadirkan perspektif yang rancu antara "uang itu tidak penting" atau "menjadi orang kaya yang tamak". Namun, penulis mengemas dalam alur naratif sederhana. Mengisahkan dua anak umur sembilan tahun yang ingin tahu bagaimana caranya menghasilkan uang. Mereka ingin menjadi kaya karena mereka dianggap miskin oleh teman-temannya di sekolah. Kepolosan mereka membuat mereka berpikir bahwa menghasilkan uang sama dengan mencetak uang sendiri. Secara logika memang tidak salah. Namun, secara hukum tindakan tersebut ilegal. Pada bagian ini, penulis menyelipkan sensasi humor ringan bagi pembaca yang mudah dipahami. Namun, nilai membangun kemitraan yang beliau analogikan dengan kerja sama dua anak sembilan tahun yang menyebut dirinya "partner bisnis" merupakan bagian yang sarat akan pesan bermakna, bahwa relasi itu penting. Penulis juga menceritakan bagaimana Ayah Kaya berusaha mengajarkan dia dan sahabatnya tentang uang dengan caranya. Alur cerita yang sulit ditebak dan membuat siapa saja yang penasaran akan melanjutkan membaca untuk mengetahui apa yang selanjutnya dilakukan Ayah Kaya dalam mendidik dia dan Mike tentang uang. Namun, bagi mereka yang sedari awal menganggap narasi tersebut seperti bualan belaka, akan berhenti membaca sampai di sini. Bagian yang cukup menggelitik di sini adalah ketika mereka berdua bekerja pada Ayah Kaya yang awalnya hanya dibayar sepuluh sen per jam, justru tidak dibayar sama sekali. Robert yang saat itu berusia 9 tahun menjadi sangat marag pada Ayah Kaya karena dia merasa seharusnya Ayah Kaya menaikkan upah mereka berdua. Hingga pada suatu ketika jawaban Ayah Kaya memberi pelajaran berharga bagi Robert. Kebanyakan orang tidak mempelajari hal ini. Mereka bekerja, menerima gaji, membayar pengeluaran, itu saja. Lalu mereka bertanya-tanya kenapa mereka mempunyai masalah keuangan. Mereka mengira uang yang lebih banyak akan memecahkan masalah, dan tidak menyadari bahwa kurangnya pendidikan keuangan merekalah yang jadi masalah. Kutipan Bab 1 di atas cukup menyentil banyak orang karena pada kenyataannya, hal tersebut adalah hal umum yang nyaris dilakukan oleh kebanyakan orang. Pada bagian yang menyoroti bahwa "Orang Kaya Tidak Bekerja untuk Uang," sesungguhnya pesan yang ingin penulis sampaikan adalah bagaimana mental Orang Kaya menggunakan pikiran mereka untuk mensugesti diri. Dibuktikan dengan pembandingan dua pola pikir yang berbeda antara Ayah Kaya dan Ayah Miskin. Alih-alih mengatakan "Saya tidak mampu membelinya" sebagaimana yang dikatakan oleh Orang Miskin, Orang Kaya akan bertanya "Bagaimana agar saya dapat membelinya?". Semata bukan karena kita harus membeli apa yang kita inginkan. Namun, membuat pikiran kita bekerja dan tidak berhenti sampai di situ. Orang Kaya tidak bekerja untuk uang, tetapi mereka benar-benar "menghasilkan uang". Bab Dua Pelajaran Dua Mengapa Mengajarkan Melek Keuangan? Pada bab ini, penulis mengajak pembaca untuk mendalami apa sesungguhnya melek keuangan dan mengapa pengetahuan ini penting. Mengajak pembaca melihat pentingnya melihat kondisi keuangan dalam jangka panjang. Pada halaman ke-51 beliau menuliskan kebanyakan orang tidak bisa menyadari bahwa yang penting dalam hidup ini bukanlah berapa banyak uang yang dihasilkannya. Yang penting adalah berapa banyak uang yang disimpan. Lalu pada akhir bab ditambahkan ....pada jangka panjang bukan berapa banyak yang mereka hasilkan yang penting. Yang penting adalah berapa banyak yang mereka simpan, dan untuk berapa generasi. Untuk itu, pada bagian selanjutnya dalam bab ini, penulis mengajak pembaca untuk melek terhadap perbedaan aset dan liabilitas. Orang kaya membangun aset. Orang miskin dan kelas menengah membangun liabilitas, tapi mereka mengira itu aset. Pada kutipan di atas, lagi-lagi penulis menantang pemahaman konvensional perihal “aset” dan “liabilitas”. Penulis menerangkan berbagai macam studi kasus untuk membuktikan mengapa kebanyakan orang menganggap liabilitas sebagai aset. Studi kasus ini pun diterangkan secara sederhana melalui simulasi kehidupan sehari-hari serta diagram arus kas cashflow yang membedakan arus kas orang kaya dan arus kas orang miskin dan kelas menengah. Secara sederhana, penulis menggambarkan bahwa orang kaya yang terus membangun kolom aset akan menambah pemasukan terhadap kolom penghasilan mereka. Sedangkan orang miskin dan kelas menengah yang membangun liabilitas yang mereka kira aset, sesungguhnya hanya akan terus keluar melalui kolom pengeluaran mereka saja. Pada halaman 65, penulis menuliskan uang yang lebih banyak jarang bisa menyelesaikan masalah keuangan seseorang. Kecerdasanlah yang memecahkan masalah. Di sini penulis mencoba menggali alasan logis mengapa melek keuangan itu penting. Karena, kecerdasan keuangan lah yang akan sangat memengaruhi pertimbangan kita dalam menentukan arus kas. Sebagaimana yang diilustrasikan dalam diagram, hal ini menjadi perbedaan mendasar antara orang kaya dan orang miskin dan kelas menengah. Salah satu contoh menarik dalam kehidupan sehari-hari yang beliau angkat, yaitu “Banyak masalah keuangan yang besar disebabkan oleh orang berusaha mengimbangi tetangganya. Kadang kita semua perlu bercermin dan bersikap jujur pada kebijaksanaan batin kita ketimbang pada rasa takut kita.” Bagi kebanyakan orang, kalimat ini cenderung ofensif karena sejujurnya itu adalah fakta, kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Penulis menyampaikan gagasan ini lagi-lagi dengan narasi untuk mendukung gagasan beliau bahwa uang punya cara untuk membuat setiap keputusan bersifat emosional. Bab Tiga Pelajaran Tiga Uruslah Bisnis Anda Sendiri Bab ini bukan lagi menyentil realita kebanyakan orang, tetapi benar-benar menyerang pada bagian judul "Uruslah Bisnis Anda Sendiri." Penulis menyebutkan bahwa pergumuln keuangan seringkali merupakan hasil langsung dari orang yang seumur hidup bekerja untuk orang lain. Banyak orang yang tidak memiliki apa pun pada hari akhir kerja mereka sebagai hasil usaha mereka. Kalimat tersebut tentu terkesan judgemental bagi orang yang merasa dialah subjek yang dibicarakan serta orang yang hanya berhenti membaca sampai pada kalimat itu tanpa menganalisa lebih jauh. Padahal, intinya penulis ingin menyampaikan poin-poin penting berikutnya, yaitu bahwa bila kita terus bekerja pada orang lain maka fokus kita adalah upah dan kolom penghasilan seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya. Orang kaya berfokus pada kolom aset, sementara orang lain berfokus pada laporan penghasilan. Pada kalimat banyak orang yang tidak memiliki apa pun pada hari akhir kerja mereka sebagai hasil usaha mereka, sesungguhnya penulis ingin merujuk pada poin bahwa kita sebaiknya membangun aset bagi kita dan anak-anak kita nanti. Dengan kata lain, bila kita hanya bekerja pada orang lain, maka tidak ada yang bisa kita wariskan bagi anak-anak kita nanti sebagai "hasil usaha". Oleh karena itu penulis menyebutkan Dalam dunia saya, aset riil terbagi menjadi beberapa katagori yang berbeda 1. Bisnis yang tidak menuntut kehadiran saya. Saya memilikinya, tapi bisnis itu dikelola atau dijalankan oleh orang lain. Jika saya harus bekerja di sana, itu bukan bisnis. Itu menjadi pekerjaan saya. 2. Saham 3. Obligasi 4. Real estat yang mendatangkan penghasilan 5. Surat utang 6. Royalti dari properti intelektual seperti musik, naskah, dan paten. 7. Segala sesuatu yang memiliki nilai, mendatangkan penghasilan atau pertambahan nilai, serta mempunyai pasar yang siap. Pada akhir bab ini, penulis pun memberikan gambaran bahwa menjalankan bisnis bukan berarti menjatuhkan diri sepenuhnya pada risiko. Sebagaimana yang tertulis dalam kutipan Ayah Kaya Saya tetap bekerja, tapi masih mengurusi bisnis saya. Selain itu, penulis juga memberikan narasi lugas mengenai bagaimana caranya mendapatkan mobil dengan memanfaatkan kecerdasan keuangan, yaitu dengan menggunakan uang ekstra dari apartemen yang mereka sewakan. Bukan dengan kredit seperti yang kebanyakan orang lain lakukan. Bagian akhir ini sesungguhnya merupakan boomerang terhadap anggapan yang menentang pernyataan bahwa orang kaya fokus pada kolom aset dan bukan pada liabilitas. Bagi penulis, mobil tersebut bukanlah aset, melainkan liabilitas karena kepemilikannya akan menambah arus kas pada kolom pengeluaran. Namun, penulis menyiasati cara mendapatkannya lewat aset. Inilah yang penulis sebut "membuat uang bekerja untuk kita". Bab Empat Pelajaran Empat Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi Bab ini menghadirkan analogi yang lebih dalam lagi yaitu membandingkan antara birokrat pemerintah dengan kapitalis. Pengangkatan sisi kehidupan ekonomi masyarakat yang cukup berani sekaligus sensitif. Sesuai judulnya, bab ini menjelaskan mengenai arus pajak. Tentang bagaimana orang kaya mengakali kaum intelektual. Pada halaman 93 dituliskan setelah pajak yang 'mengambil dari orang kaya' disahkan, kas mulai mengalir ke brankas pemerintah. Awalnya rakyat senang. Uang dibagikan ke pegawai pemerintah dan orang kaya. Uang itu diterima pegawai pemerintah dalam bentuk pekerjaan dan uang pensiun, serta diterima orang kaya lewat pabrik-pabrik mereka yang menerima kontrak pemerintah. Kalimat tersebut bisa diartikan dengan kata lain pegawai pemerintah hidup dari kekayaan orang kaya. Sedangkan orang kaya akan semakin kaya. Sehingga, seolah memiliki unsur sinisme di dalamnya. Pada halaman 96, penulis menuliskan jika uang bekerja untuk Anda, Anda yang memegang dan mengendalikan uang itu. Lalu, dihadirkan istilah menarik perihal "berusaha mendaki tangga korporasi" yang kemudian dijelaskan pada kalimat setelahnya ....dengan hanya bersandar pada gaji dari perusahaan, saya akan menjadi sapi jinak yang siap diperah. Kutipan-kutipan berbentuk kalimat kiasan tersebut mengandung unsur persuasif secara tersirat apabila dikorelasikan satu sama lain. Apabila diberikan parentheses atau tanda kurung maka, akan jadi seperti ini Jika uang di kolom aset bekerja untuk Anda menghasilkan sesuatu, Anda yang memegang dan mengendalikan uang itu mengurus bisnis Anda sendiri. Apabila hanya dengan hanya bersandar pada gaji dari perusahaan gaji sebagai satu-satunya sumber penghasilan, saya akan menjadi sapi jinak yang siap diperah menjadi buruh dan terus memperkaya perusahaan. Dengan kata lain, penulis berusaha membandingkan dua kondisi tersebut, satu memiliki kolom aset yang siap menambah arus kas ke kolom penghasilan dan menghasilkan sesuatu, satu lagi hanya memiliki gaji pada kolom penghasilan maka, Anda akan terus bekerja untuk orang lain dan tidak mengurus bisnis Anda sendiri. Jelas diterangkan pada halaman 98, penulis membeberkan prinsip keuangannya serta mengedukasi pembaca mengenai hasil dari IQ keuangan yang dia peroleh. Uang saya bekerja keras untuk menghasilkan lebih banyak lagi uang. Setiap dolar di kolom aset saya adalah karyawan yang hebat, bekerja keras untuk menciptakan lebih banyak karyawan dan membelikan atasannya sebuah mobil Porsche baru dengan uang yang belum dikenai pajak. Paragraf tersebut menunjukan bukti bahwa kecerdasan keuangan penulis membawanya menuju kebebasan keuangan. Kemudian, penulis menerangkan elemen-elemen yang membentuk IQ keuangan tersebut, yaitu Akuntansi, Investasi, Memahami pasar, dan Hukum. Bab Lima Pelajaran Lima Orang Kaya Menciptakan Uang Seringkali di dunia nyata, bukan orang yang pintar yang unggul, tapi orang yang berani Awal bab ini dibuka dengan narasi pengalaman penulis menonton siaran TV tentang kisah Alexander Graham Bell ketika ia berusaha mematenkan penemuan besar terbarunya yaitu telepon. Kemudian, dihadirkan narasi kontradiktif yang mengikuti pada paragraf selanjutnya mengenai berita perampingan suatu perusahaan yang mengundang kemarahan para pekerja hingga ilustrasi detail bagaimana kemarahan itu ditunjukkan di depan kamera. Paragraf naratif perbandingan ini begitu kontradiktif yang pada intinya ingin menunjukkan sisi keberanian dan kegigihan Alexander Graham Bell ketika mendatangi perusahaan raksasa, Western Union yang berakhir dengan cemoohan dan kemarahan seorang manager berusia 45 tahun yang hadir membawa istri dan dua bayinya ke pabrik, memohon kepada petugas keamanan agar diizinkan bicara dengan pemilik agar mempertimbangkan kembali pemecatannya. Dapat disimpulkan, paragraf ini menunjukkan gagasan penulis selaras dengan kutipan pada awal bab ini dengan menunjukkan keberanian Alexander Graham Bell hingga ia mencetak sejarah mendirikan industri bernilai miliaran dollar, AT&T yang kontradiktif dengan ketakutan seorang manager akan kehilangan pekerjaannya. Oleh karena itu, pada halaman 104, penulis menuliskan kutipan yang menjelaskan kondisi tersebut. Kita semua dianugerahi potensi yang luar biasa, dan kita semua dianugerahi karunia. Namun, satu hal yang menahan kita semua adalah keraguan diri pada tahap tertentu. Bukan kurangnya informasi teknis yang menahan kita, tapi lebih pada kurangnya keyakinan diri. Sebagian orang lebih terpengaruh daripada yang lain. Pengangkatan gagasan pada bab ini terkesan utopia bagi orang yang belum siap menerima gagasan untuk menjadi “berani.” Padahal pada bagian selanjutnya di halaman 109, penulis menerangkan bahwa “Orang kaya seringkali bersikap kreatif dan mengambil resiko yang sudah diperhitungkan.” Uniknya, gagasan ini dikaitkan lagi dengan “Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang sedangkan orang kaya membuat uang bekerja untuk mereka.” Gagasan Orang Kaya adalah orang yang “menciptakan uang”, mengantar pada gagasan “uang tidaklah riil.” Semakin riil, uang itu menurut kalian, semakin keras kalian akan bekerja untuknya. Jika kalian bisa menangkap gagasan bahwa uang itu tidak riil, kalian akan lebih cepat menjadi kaya. Gagasan ini, jika hanya ditelaah satu sisi secara langsung tentu akan menghasilkan penolakkan dari pembaca. Padahal, maksud dari uang itu tidaklah riil adalah uang semata hanya alat tukar Sehingga, jika kita kembali ke beberapa bab sebelumnya, kita bisa telaah bagaimana keterbatasan uang mampu menjadikan seseorang menjadi kreatif dan menggunakan pikiran mereka untuk membuat uang tersebut “bekerja” untuk mereka. Satu-satunya aset paling kuat yang kita miliki adalah pikiran kita. Jika dilatih dengan baik, pikiran bisa menciptakan kekayaan yang luar biasa dalam waktu yang kelihatannya singkat. Pikiran yang tidak terlatih juga bisa menciptakan kemiskinan yang ekstrem, yang bisa menghancurkan keluarga selama bergenerasi-generasi. Gagasan yang cukup masuk akal mengenai IQ keuangan di atas. Dengan berbagai ilustrasi yang mengikutinya dan penulis sebut sebagai contoh. Penulis bersikap cukup demokratis terhadap pembaca dengan menuliskan saya tidak merekomendasikan apa yang saya lakukan. Contoh hanyalah contoh. Di satu sisi, kalimat ini menunjukkan keterbukaan penulis bahwa pembaca dapat menentukan sikap mereka sendiri dalam memahami dan menyimpulkan tulisan yang mereka baca. Namun, di sisi yang lain kalimat ini sangat mampu menguatkan gagasan sebagian pembaca bahwa apa yang penulis uraikan sejak awal tak lain adalah segenap cerita keberuntungan personal yang belum tentu bisa dialami oleh siapa saja. Hanya sebagian yang lain yang masih ingin melanjutkan membaca karena memaknai kalimat-kalimat penulis sebelumnya mengenai “hidup memberikan kita peluang setiap harinya” atau “satu-satunya aset paling kuat yang kita miliki adalah pikiran kita”. Peluang besar tidak dilihat dengan mata Anda. Peluang besar dilihat dengan pikiran Anda. Bab Enam Pelajaran Enam Bekerja untuk Belajar - Jangan Bekerja untuk Uang Pekerjaan yang terjamin adalah segalanya bagi ayah saya yang terdidik. Belajar adalah segalanya bagi Ayah Kaya Dimulai dari bab ini, penulis terkesan mulai menyentuh sisi sosial dan psikologis pembaca. Dengan memilih judul bab “Bekerja untuk Belajar - Jangan Bekerja untuk Uang” sesungguhnya terdapat pesan mendalam di baliknya yang ingin penulis sampaikan. Gagasan ini disampaikan dengan lugasnya pada halaman 133. Lagi-lagi dengan metode perbandingan yang cukup kontradiktif. Pada paragraf ke-2, penulis menuliskan di sekolah dan tempat kerja, gagasan tentang spesialisasi adalah hal yang populer untuk menghasilkan lebih banyak uang atau dipromosikan. Sedangkan kontradiksi dari kalimat tersebut disampaikan pada paragraf ke-4 yaitu Ayah Kaya mendorong saya untuk melakukan tepat kebalikannya. “Kau ingin tahu sedikit tentang banyak hal” adalah sarannya. Itu sebabnya selama bertahun-tahun saya bekerja di bidang-bidang berbeda di perusahaannya. Selama beberapa lama saya bekerja di bagian akuntansi. Meskipun mungkin saya tidak akan pernah menjadi akuntan, dia ingin saya belajar secara osmosis. Ayah Kaya tahu saya akan mengambil jargon dan pemahaman tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting. Analogi yang menarik untuk menggambarkan gagasan tersebut adalah kisah tentang kesuksesan McDonald’s dengan menjual hamburger. “Jadi, kalau kebanyakan dari kalian bisa membuat hamburger yang lebih enak, bagaimana bisa McDonald’s menghasilkan uang lebih banyak daripada kalian?” Kemudian pada paragraf selanjutnya penulis menjawab pertanyaannya sendiri, yaitu....McDonald’s sangat hebat dalam sistem bisnis. Alasan kenapa begitu banyak orang berbakat itu miskin adalah karena mereka memfokuskan diri membangun hamburger yang lebih enak dan hanya tahu sedikit atau sama sekali tidak tahu tentang sistem bisnis. Kemudian, penulis menambahkan analogi berikutnya dengan menceritakan saat penulis bertemu dengan mantan guru sekolah yang menghasilkan ratusan ribu dolar per tahun. Penulis menceritakan bahwa mereka memiliki penghasilan sebesar itu karena memilliki keterampilan yang terspesialisasi di bidang mereka dan bidang lain. Inilah sesungguhnya inti dari gagasan “Bekerja untuk Belajar” yang ingin disampaikan oleh penulis. Bekerja untuk belajar bukan berarti tidak mementingkan uang sama sekali. Namun, bagaimana kita memaksimalkan pikiran kita mempelajari sedikit tentang banyak hal. Sehingga, kita mampu menghasilkan lebih banyak uang dan sekali lagi membuat uang bekerja untuk kita. Bab Tujuh Mengatasi Berbagai Hambatan Pekerjaan yang terjamin adalah segalanya bagi ayah saya yang terdidik. Belajar adalah segalanya bagi Ayah Kaya Dimulai dari bab ini, penulis terkesan mulai menyentuh sisi sosial dan psikologis pembaca. Dengan memilih judul bab “Bekerja untuk Belajar - Jangan Bekerja untuk Uang” sesungguhnya terdapat pesan mendalam di baliknya yang ingin penulis sampaikan. Gagasan ini disampaikan dengan lugasnya pada halaman 133. Lagi-lagi dengan metode perbandingan yang cukup kontradiktif. Pada paragraf ke-2, penulis menuliskan di sekolah dan tempat kerja, gagasan tentang spesialisasi adalah hal yang populer untuk menghasilkan lebih banyak uang atau dipromosikan. Sedangkan kontradiksi dari kalimat tersebut disampaikan pada paragraf ke-4 yaitu Ayah Kaya mendorong saya untuk melakukan tepat kebalikannya. “Kau ingin tahu sedikit tentang banyak hal” adalah sarannya. Itu sebabnya selama bertahun-tahun saya bekerja di bidang-bidang berbeda di perusahaannya. Selama beberapa lama saya bekerja di bagian akuntansi. Meskipun mungkin saya tidak akan pernah menjadi akuntan, dia ingin saya belajar secara osmosis. Ayah Kaya tahu saya akan mengambil jargon dan pemahaman tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting. Analogi yang menarik untuk menggambarkan gagasan tersebut adalah kisah tentang kesuksesan McDonald’s dengan menjual hamburger. “Jadi, kalau kebanyakan dari kalian bisa membuat hamburger yang lebih enak, bagaimana bisa McDonald’s menghasilkan uang lebih banyak daripada kalian?” Kemudian pada paragraf selanjutnya penulis menjawab pertanyaannya sendiri, yaitu....McDonald’s sangat hebat dalam sistem bisnis. Alasan kenapa begitu banyak orang berbakat itu miskin adalah karena mereka memfokuskan diri membangun hamburger yang lebih enak dan hanya tahu sedikit atau sama sekali tidak tahu tentang sistem bisnis. Kemudian, penulis menambahkan analogi berikutnya dengan menceritakan saat penulis bertemu dengan mantan guru sekolah yang menghasilkan ratusan ribu dolar per tahun. Penulis menceritakan bahwa mereka memiliki penghasilan sebesar itu karena memilliki keterampilan yang terspesialisasi di bidang mereka dan bidang lain. Inilah sesungguhnya inti dari gagasan “Bekerja untuk Belajar” yang ingin disampaikan oleh penulis. Bekerja untuk belajar bukan berarti tidak mementingkan uang sama sekali. Namun, bagaimana kita memaksimalkan pikiran kita mempelajari sedikit tentang banyak hal. Sehingga, kita mampu menghasilkan lebih banyak uang dan sekali lagi membuat uang bekerja untuk kita. Bab Delapan Memulai Pada bab ini, menarik dengan memilih judul yang singkat dan seolah menjawab segala keraguan yang dipikirkan oleh pembaca sejak pertama kali memutuskan untuk membaca buku ini, “Memulai.” Penulis sepenuhnya sadar bahwa seringkali ia ditanya “Bagaimana saya harus memulai?” dan bahasa yang dipilih untuk jawaban itu adalah saya menawarkan proses pemikiran yang saya jalani dari hari ke hari. Walaupun secara garis besar buku ini tampak tampil dengan persuasif yang tajam, selalu disipkan kalimat yang seolah menunjukkan keterbukaan dengan memberikan opsi bagi pembaca untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Seehingga, kata “menawarkan” lah yang dipilih bukan “menjelaskan” atau “menjawab” yang terkesan menggurui. Kemudian, inilah sepuluh langkah yang penulis tawarkan sembari menyentuh sisi spiritual pembaca agar mampu menjadi jembatan koneksi personal antara penulis dan pembaca dengan menuliskan sebagai berikut. Saya menawarkan sepuluh langkah berikut sebagai proses untuk mengembangkan kekuatan yang diberikan Tuhan itu, kekuatan yang hanya bisa dikendalikan oleh Anda. 1. Temukan alasan yang lebih besar daripada kenyataan kekuatan semangat 2. Buat pilihan setiap hari kekuatan pilihan 3. Memilih teman dengan cermat kekuatan pertemanan 4. Kuasailah sebuah formula, lalu pelajari sebuah formula baru kekuatan belajar dengan cepat 5. Bayar diri Anda terlebih dahulu kekuatan disiplin diri 6. Bayarlah broker Anda dengan baik kekuatan saran yang baik 7. Jadilah seorang pemberi Indian kekuatan memperoleh sesuatu secara gratis 8. Menggunakan aset untuk membeli kemewahan kekuatan fokus 9. Kebutuhan akan pahlawan kekuatan mitos 10. Mengajarlah maka kau akan menerima kekuatan memberi PENUTUP Pemikiran Akhir Dibuka dengan kalimat “Saya ingin berbagi pemikiran terakhir dengan Anda” menjadikan bagian penutup buku ini seolah salam perpisahan dari penulis kepada pembaca yang telah membaca sampai pada bagian ini. Namun, uniknya bagian penutup justru membawa kembali pada alasan buku ini hadir. Alasan utama saya menulis buku ini, dan alasan buku ini tetap menjadi buku laris sejak 2000, adalah untuk berbagi wawasan tentang bagaimana pertumbuhan kecerdasan keuangan bisa digunakan untuk memecahkan banyak masalah kehidupan yang umum. Dengan sisipan konten marketing di mana disebutkan mengenai permainan CASHFLOW sebagai salah materi kontradiktif dengan menyebutkan permainan yang kami ciptakan memiliki arti penting karena mengajarkan apa yang tidak diajarkan oleh buku. Kontradiktif di sini maksudnya adalah gagasan bahwa sejujurnya buku ini hanya sebagai pengantar tentang pengetahuan mengenai kecerdasan keuangan dan kegiatan belajar yang sesungguhnya adalah melalui permainan tersebut. Namun, bagian akhir dari bab ini dituliskan dengan cara yang menyentuh sisi personal pembaca. Anda dan masa depan anak-anak Anda ditentukan oleh pilihan yang Anda buat sekarangbukan besok. Saya mengharapkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi Anda, dalam anugerah menakjubkan yang disebut kehidupan ini. - Robert Kiyosaki REKOMENDASI Kesan keseluruhan terhadap buku ini adalah buku yang cukup berani membawa pikiran publik pembaca untuk menjadi Outliers - orang-orang yang berani keluar dari kebiasaan atau pandangan masyarakat konvensional. Sebuah karya non-fiksi yang dikemas dalam alur fiksi namun tidak fiktif, sehingga setiap bagiannya mampu menyentuh sisi personal yang mampu menghadirkan koneksi personal antara penulis dan pembaca. Namun, pengulangan berupa penekanan kebebasan pembaca untuk melanjutkan membaca atau tidak, seperti dua sisi koin. Satu sisi menunjukkan sikap demokratis penulis terhadap tanggapan dan pemikiran pembaca serta kepercayaan diri penulis bahwa pembaca justru akan semakin haus untuk mengetahui apa yang tertulis pada lembar-lembar selanjutnya sedangkan satu sisi lainnya seolah menunjukkan ketidakpercayaan penulis bahwa hingga pada tahap akhir pun masih ada pembaca yang tidak berminat melanjutkan untuk membaca. Lalu, apakah buku ini merupakan bacaan yang layak direkomendasikan? Jawabannya Ya dengan syarat, Anda sudah siap menghadapi pemikiran yang ekstrem, keluar dari konvensional, dan berani mengambil risiko. Jika Anda memilih untuk bermain aman, buku ini hanya akan menyakiti perasaan Anda dengan fakta-fakta yang dibeberkannya.
okXHKo.